Uji Ketahanan Galur Padi Baru Terhadap Cekaman Tanah Asam

Authors

  • Jaenudin Kartahadimaja Program Studi Teknologi Perbenihan Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Polinela.

DOI:

https://doi.org/10.25181/prosemnas.v0i0.456

Abstract

Indonesian rice production in 2014 amounted to 70.8 million tons, a decline in production of0.5 million tonnes compared with production in 2013. The deficit will increase in foodavailability in the presence of wetland conversion becomes not the fields, degradation of soilfertility, productivity growth stagnated due to increased genetic capacity that has been stagnant. Wetland is a major producer of rice. The expansion of rice areas only allow the land to be developed suboptimal potential of about 91.9 million hectares. One alternative solution that can be applied is the application of technology packages use of new varieties of rice through innovative assembly lines or new rice variety which has high yield potential, resistance to biotic and abiotic stresses. The purpose of research is to produce paddy rice strains resistant acid soil stress and adaptive if it is grown as an upland rice which is generally a suboptimal land. Twelve new rice lines Polinela assemblies planted on two different environments, namely in wetland conditions at pH 6.0 and pH 4.5 upland. Thestudy design in each neighborhood using randomized complete block design (RCBD) is repeated three times. The observed variables include the maximum plant height, maximum shoot number, the number of productive shoots, weight of 1000 grains and grain yield per clump. The study resulted in eight new rice lines that are adaptive to the environment acidic soil, namely, B1 , B3 , B7 , F2 , F4 , H1 , L2 , and L3Keywords: rice strain, stress acid soil

Downloads

Download data is not yet available.

References

Kartahadimaja, J: Uji Ketahanan Galur Padi Baru Terhadap Cekaman Tanah Asam

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian V Polinela 2016 25

Kartahadimaja, J., Syuriani, E.E., Aziz, A. 2013. Perakitan Galur Tanaman Padi Unggul Baru Berkarakter

Aroma Pandan Wangi. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Politeknik Negeri Lampung. 2013.

Mulyani, A. 2006. Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam. Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Sinar Tani Edisi 24 – 30 Mei 2010.

Ritung, S. 2010. “Lahan Sawah dan Kecukupan Produksi Bahan Panganâ€. Balai Besar Litbang Sumberdaya

Lahan Pertanian. Jurnal Sumber Daya Lahan Vol. 4 No. 1: 27-38.

Sobir. 2013. “Optimalisasi Lahan Suboptimal bagi Penguatan Ketahanan Pangan Indonesiaâ€. Prosiding

Seminar Nasional Lahan Suboptimal “Intensifikasi Pengelolaan Lahan Suboptimal dalam Rangka

Mendukung Kemandirian Pangan Nasionalâ€, Palembang 20 – 21 September 2013:23 – 27.

Suryana, A., S.Mardianto, K.Kariyasa, dan I.P. Wardana. 2009. Kedudukan Padi Dalam Perekonomian

Indonesia. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianAbdullah, B. 2009. Perakitan dan Pengembangan Pengembangan Varietas Padi Tipe Baru. Padi Buku 2.

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau. 2015. Berita Resmi Statistik No. 55/07/21/Th.X, 01 Juli

end

Haryono. 2013. “Strategi Kebijakan Kementerian Pertanian dalam Optimalisasi Lahan Suboptimal

Mendukung Ketahanan Pangan Nasionalâ€. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal

“Intensifikasi Pengelolaan Lahan Suboptimal dalam Rangka Mendukung Kemandirian Pangan

Nasionalâ€, Palembang 20 – 21 September 2013: 1 – 4.

0

0

0

0

0

0

0

B1 B2 B3 F1 D2

0

0

5

7

0

4 5.3

3

6

Gambar 1. Produktivitas 12 Galur Padi Baru Ditanam Pada Dua Lingkungan

Berbeda

Kartahadimaja, J: Uji Ketahanan Galur Padi Baru Terhadap Cekaman Tanah Asam

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian V Polinela 2016

Ada sembilan galur padi baru yang penurunan hasilnya kurang dari 21%, yaitu galur B1, B2, B3, F1,

F2, H1, L2, L3, dan B7. Artinya potensi hasil setiap galur pada lahan sawah jika galur tersebut ditanam di

lahan kering (gogo) pH tanah suboptimal (pH 4,5) mampu mempertahankan potensi hasil ± 79%. Ke-

sembilan galur tersebut berarti lebih adaptif terhadap cekaman lingkungan yang suboptimal.

Jika dari hasil gabah setiap rumpun dikonversi ke luasan satu hektar, maka gambaran hasil 12 galur

padi baru yang ditanam pada dua lingkungan berbeda dapat dilihat pada gambar 1. Jika dilihat stabilitas

hasilnya, gambar 1 menunjukkan bahwa galur B1, B2, B3, B7, L2, dan L3 penampilannya lebih stabil

dibandingkan galur lainnya.

KESIMPULAN

Ada sembilan galur padi baru memiliki adaptasi yang baik ditanam pada kondisi lahan gogo pH tanah

,5 (asam), yaitu galur B1, B2, B3, F1, F2, H1, L2, L3, dan B7 yang penurunan hasilnya kurang dari 21%;

Berdasarkan stabilitas hasil, ada enam galur yang penampilan hasilnya lebih stabil, yaitu galur B1, B2, B3,

B7, L2, dan L3.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, B. 2009. Perakitan dan Pengembangan Pengembangan Varietas Padi Tipe Baru. Padi Buku 2.

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau. 2015. Berita Resmi Statistik No. 55/07/21/Th.X, 01 Juli

end

Haryono. 2013. “Strategi Kebijakan Kementerian Pertanian dalam Optimalisasi Lahan Suboptimal

Mendukung Ketahanan Pangan Nasionalâ€. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal

“Intensifikasi Pengelolaan Lahan Suboptimal dalam Rangka Mendukung Kemandirian Pangan

Nasionalâ€, Palembang 20 – 21 September 2013: 1 – 4.

D2 H1 D3 F4 L2 L3 F2 B7

0 7.7

1 8.1

5

0

5

0

6

2

6

2

6

9

4

3

0

Sawah pH 6,0

Gogo pH 4,5

Gambar 1. Produktivitas 12 Galur Padi Baru Ditanam Pada Dua Lingkungan

Berbeda

Kartahadimaja, J: Uji Ketahanan Galur Padi Baru Terhadap Cekaman Tanah Asam

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian V Polinela 2016

Ada sembilan galur padi baru yang penurunan hasilnya kurang dari 21%, yaitu galur B1, B2, B3, F1,

F2, H1, L2, L3, dan B7. Artinya potensi hasil setiap galur pada lahan sawah jika galur tersebut ditanam di

lahan kering (gogo) pH tanah suboptimal (pH 4,5) mampu mempertahankan potensi hasil ± 79%. Ke-

sembilan galur tersebut berarti lebih adaptif terhadap cekaman lingkungan yang suboptimal.

Jika dari hasil gabah setiap rumpun dikonversi ke luasan satu hektar, maka gambaran hasil 12 galur

padi baru yang ditanam pada dua lingkungan berbeda dapat dilihat pada gambar 1. Jika dilihat stabilitas

hasilnya, gambar 1 menunjukkan bahwa galur B1, B2, B3, B7, L2, dan L3 penampilannya lebih stabil

dibandingkan galur lainnya.

KESIMPULAN

Ada sembilan galur padi baru memiliki adaptasi yang baik ditanam pada kondisi lahan gogo pH tanah

,5 (asam), yaitu galur B1, B2, B3, F1, F2, H1, L2, L3, dan B7 yang penurunan hasilnya kurang dari 21%;

Berdasarkan stabilitas hasil, ada enam galur yang penampilan hasilnya lebih stabil, yaitu galur B1, B2, B3,

B7, L2, dan L3.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, B. 2009. Perakitan dan Pengembangan Pengembangan Varietas Padi Tipe Baru. Padi Buku 2.

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau. 2015. Berita Resmi Statistik No. 55/07/21/Th.X, 01 Juli

end

Haryono. 2013. “Strategi Kebijakan Kementerian Pertanian dalam Optimalisasi Lahan Suboptimal

Mendukung Ketahanan Pangan Nasionalâ€. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal

“Intensifikasi Pengelolaan Lahan Suboptimal dalam Rangka Mendukung Kemandirian Pangan

Nasionalâ€, Palembang 20 – 21 September 2013: 1 – 4.

Sawah pH 6,0

Gogo pH 4,5

Gambar 1. Produktivitas 12 Galur Padi Baru Ditanam Pada Dua Lingkungan

Berbeda

Published

2017-11-02

Issue

Section

Artikel