https://jurnal.polinela.ac.id/jps/issue/feedJ-Plantasimbiosa2024-10-29T04:29:42+00:00Dulbaridulbari@polinela.ac.idOpen Journal Systems<p>Planta Simbiosa is published by the Department of Food Crop Cultivation, Politeknik Negeri Lampung. Planta Simbiosa provides a forum for new research publications (no longer than 5 years ago) in all aspects of agriculture with the scope of agronomy, soil science, plant breeding, crop protection, and crop production in food crops and horticulture. The journal will be published twice each year in April and October.</p> <p>Manuscripts are original and never been published or not under consideration in other publications. Manuscripts can be written in Indonesian or English by following the journal manuscript format.</p>https://jurnal.polinela.ac.id/jps/article/view/3704Hubungan Tingkat Kepatuhan Petani Hortikultura Dataran Rendah dalam Penggunaan Pestisida terhadap Populasi Hama, Penyakit, Musuh Alami, dan Keamanan Produk2024-09-19T04:46:27+00:00Shera Margarethasheramargaretha@gmail.conSuparman SHKsuparmanshk@gmail.comChandra Irsanchandra.irsan@gmail.com<p>Penggunaan pestisida yang tidak tepat dapat menyebabkan dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Penelitian ini mengevaluasi kepatuhan petani hortikultura terhadap praktik penggunaan pestisida yang direkomendasikan di Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, dan mengkaji dampaknya terhadap hama, penyakit, musuh alami, dan residu pestisida pada produk mereka. Penelitian ini menggunakan metode survei langsung ke lahan budidaya tanaman hortikultura di Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, dan mengirimkan sampel tanaman untuk diuji kadar residu pestisidanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani dengan tingkat kepatuhan rendah memiliki populasi hama yang tinggi, insiden penyakit yang tinggi, dan musuh alami yang lebih sedikit, sedangkan petani dengan tingkat kepatuhan tinggi memiliki populasi hama yang rendah, insiden penyakit yang rendah, dan lebih banyak musuh alami. Uji residu pestisida menunjukkan bahwa produk dari petani dengan tingkat kepatuhan rendah mengandung residu Amitraz sebesar 0,02 mg/kg dan residu Chlorantraniliprole sebesar 0,14 mg/kg, sedangkan petani dengan tingkat kepatuhan sedang memiliki residu Amitraz sebesar 0,02 mg/kg dan residu Chlorantraniliprole sebesar 0,18 mg/kg. Tidak ada residu pestisida yang terdeteksi pada produk dari petani dengan tingkat kepatuhan tinggi. Studi ini menyimpulkan bahwa kepatuhan terhadap penggunaan pestisida yang direkomendasikan secara signifikan mempengaruhi keseimbangan ekosistem pertanian dan keamanan produk pertanian.</p>2024-10-11T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 J-Plantasimbiosahttps://jurnal.polinela.ac.id/jps/article/view/3641Pengaruh Penggunaan Abu Sekam dan Macam Pupuk Majemuk Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill)2024-08-12T08:00:18+00:00Adien Naufal Abyan Nidharadiennaufal.123@gmail.comUmi Kusumastuti Rusmarini umikusumastuti.rusmarini@gmail.comFani Ardianiardianifani@gmail.com<p>Kebutuhan pangan nasional menumpukan harapan pada sektor pertanian, produksi tomat di Indonesia masihlah rendah bila dibandingkan negara lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pemanfaatan abu sekam dan macam pupuk majemuk kepada pertumbuhan juga hasil tanaman tomat. Studi ini dijalankan pada KP2 INSTIPER Maguwoharjo, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada bulan April-Juli 2023. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang tersusun dari 2 faktor. Faktor pertama yaitu dosis abu sekam yang terdiri dari 3 aras, yaitu: 50g/polybag (kontrol), 60g/polybag, 70g/polybag, faktor kedua yaitu macam pupuk majemuk yang terdiri dari 3 macam yaitu; NPK15:15:15, NPK16:16:16, dan NPK9:25:25 dengan dosis 10g/tanaman. Berdasarkan kedua faktor didapatkan 9 kombinasi perlakuan, masing-masing diulang 3 kali jadi, ada 27 tanaman percobaan. Data hasil penelitian dianalisis memanfaatkan sidik ragam dengan jenjang nyata 5%. Hasil analisis memperlihatkan ada interaksi antara abusekam dan pupuk majemuk pada parameter diameter buah, rata-rata berat buah, berat segar tajuk, dan berat segar akar. Pemberian abu sekam dengan dosis 60g dan NPK 15:15:15 memberikan diameter buah 46,33 mm. Pemberian Abu sekam 70g berpengaruh baik kepada pertumbuhan tanaman, jumlah buah, juga berat buah/tanaman. Pemberian pupuk majemuk NPK16:16:16 memberikan pengaruh baik pada pertumbuhan tanaman, jumlah buah, juga berat buah/tanaman.</p>2024-10-08T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 J-Plantasimbiosahttps://jurnal.polinela.ac.id/jps/article/view/3509Aplikasi Beberapa Jenis Pupuk terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit pad Fase Pre Nursery2024-05-02T06:42:26+00:00Siti Rakhmi Afrianisitirakhmiafriani@gmail.comRizky Cameronrizky.randal@polsri.ac.id<p>Pemupukan pada fase pre nurseri tanaman kelapa sawit sangat penting. Pemupukan dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit, membuat tanaman menjadi sehat dsb. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh setiap pupuk yang digunakan terhadap beberapa parameter pertumbuhan bibit kelapa sawit. metode yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak kelompok dengan 5 perlakuan dan 10 ulangan. Adapun perlakuan/pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk urea, pupuk P, pupuk NPK, dan pupuk oragnik cari berbahan aktif mikoriza., Adapun parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter tanaman, dan Panjang daun bibit kelapa sawit. pengamatan dilakukan setiap minggu dengan frekuensi pengamatan sebanyak 3 kali pengamatan. hasil dari penelitian ini adalah setiap pupuk memiliki pengaruh yang berbeda pada setiap parameter pengamatan dan frekuensi pengamatan. Pupuk NPK dan pupuk urean berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada pengamatan pertama tinggi tanaman. Sedangkan pada diameter tanaman, pupuk cair berbahan aktif mikoriza cendrung berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada Panjang daun, hadil penelitian menunjukan pola yang tidak teratur. Namun pada perlakuan pupuk mikoriza, jumlah daun melebihi 1 dari perlakuan yang lain. </p>2024-10-13T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 J-Plantasimbiosahttps://jurnal.polinela.ac.id/jps/article/view/3741Analisis Faktor Kondisi Pembibitan Terhadap Serangan Penyakit Bercak Daun yang Disebabkan oleh Curvularia sp. pada Pembibitan Kelapa Sawit2024-10-10T02:36:11+00:00Rizky Randal Cameronrizky.randal@polsri.ac.idStenia Ruski Yusticiastenia.ruski.yusticia@polsri.ac.idAstri Febrianiasaalfinafitriani@polsri.ac.id<p>Penyakit bercak daun yang disebabkan oleh patogen <em>Curvularia</em> sp. dapat menyebabkan persentase serangan hingga 93,29% dan intensitas serangan sebesar 47,13%. Banyak faktor yang menyebabkan pesatnya perkembangan penyakit ini, antara lain kondisi tempat penyemaian, gulma, sertifikasi pembibitan, teknik pengendalian, lokasi pembibitan dll. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor di pembibitan yang menyebabkan tingginya serangan penyakit bercak daun. Metode survei yang digunakan dalam penelitian ini adalah <em>purposive sampling</em> dengan mengambil sampel >80 bibit pada setiap lokasi pembibitan. Lokasi pembibitan yang diambil sampel sebanyak 9 lokasi pembibitan kelapa sawit. Data dianalisis dengan menggunakan uji T (perbandingan populasi) pada setiap faktor pendukung perkembangan penyakit. Hasil penelitian menunjukan terjadi perbedaan yang signifikan pada persentase dan intensitas serangan penyakit pada faktor tempat penyemaian kelapa sawit, lokasi pembibitan kelapa sawit, keberadaan gulma di pembibitan kelapa sawit, sertifikasi pembibitan kelapa sawit, dan jenis bibit kelapa sawit. Namun pada intensitas serangan bercak daun pada jenis bibit kelapa sawit menunjukan tidak berbeda secara signifikan. </p>2024-10-30T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 J-Plantasimbiosahttps://jurnal.polinela.ac.id/jps/article/view/3781Penggunaan Hormon Tumbuh Alami dan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao2024-10-23T03:36:45+00:00Rika Fitry Ramandaramandaika13@gmail.comTantri Palupitantripalupi@gmail.comFadjar Riantofadjarrianto@gmail.com<p>Benih kakao termasuk benih rekalsitran, yaitu benih yang tidak tahan dikeringkan, peka terhadap suhu dan kelembaban rendah. Secara alami benih kakao tidak mempunyai dormansi, berdaya simpan rendah dan peka terhadap perubahan lingkungan simpan. Oleh sebab itu, dibutuhkan penanganan yang tepat setelah benih sampai pada tujuan pengiriman (setelah benih disimpan selama pengiriman). Diantaranya adalah dengan memberi perlakuan zat pengatur tumbuh (ZPT), agar vigoritas benih dapat dipertahankan. Pembibitan tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik apabila ditanam pada media dengan komposisi bahan organik dan unsur hara yang diperlukan bagi tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk melihat interaksi hormon tumbuh alami dan media tanam pada benih kakao yang mengalami penurunan kualitas terhadap pertumbuhan bibit kakao. Penelitian ini menggunakan rancangan petak terbagi (<em>split plot design</em>) dengan pola RAL terdiri dari petak utama (<em>main plot</em>) adalah kombinasi media tanam dan anak petak (<em>sub plot</em>) adalah hormon tumbuh alami, masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Setiap unit percobaan terdiri dari 3 sampel bibit, sehingga diperoleh 90 bibit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi dari penggunaan hormon tumbuh alami dan komposisi media tanam terhadap parameter kadar air benih, indeks vigor, daya berkecambah, kecepatan tumbuh, tinggi bibit, jumlah daun, luas daun, dan volume akar, serta berat kering bibit. Perlakuan hormon terbaik untuk parameter luas daun, volume akar, dan bobot kering bibit adalah hormon dari ekstrak tomat. Komposisi media tanam terbaik yaitu pada Topsoil alluvial + pupuk kandang ayam + arang sekam (1 : 1 : 1).</p>2024-10-29T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 J-Plantasimbiosahttps://jurnal.polinela.ac.id/jps/article/view/3778Pertumbuhan dan Produksi Bibit Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Jenis Bud Sett pada Berbagai Masa Tunda Penanaman2024-10-29T04:22:38+00:00Irene Zaqyahirenezaqyah@polinela.ac.idJamaludin Adimiharjajamaludinadimiharja@polinela.ac.idReza Wahyunirezawahyuni13@polinela.ac.idEko Apriantoekoapriyanto2727@gmail.com<p style="font-weight: 400;"><em>Bud sett</em> merupakan salah satu jenis bahan tanam tebu yang efisien dari segi ukuran sehingga memungkikan proses distribusi dalam jumlah cukup banyak dari produsen varietas ke penggunanya. Namun ukurannya yang lebih kecil dari bahan tanam bentuk bagal akan mengakibatkan kesegaran bahan tanam jenis <em>bud sett</em> akan lebih cepat menurun selama penyimpanan akibat masa tunda tanam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak penundaan penanaman pada berbagai lama masa simpan bibit tebu jenis <em>bud sett</em> terhadap pertumbuhan awal dan produksi bibit tebu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan. Perlakuan masa tunda tanam sebanyak 5 taraf yaitu tanpa masa simpan (T<sub>0</sub>), masa simpan 1 x 24 jam (T<sub>1</sub>), masa simpan 2 x 24 jam (T<sub>2</sub>), masa simpan 3 x 24 jam (T<sub>3</sub>) dan masa simpan 4 x 24 jam (T<sub>4 </sub>). Data dianalisis ragam dan diuji nilai tengah menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot dan perkecambahan <em>bud sett</em> menurun seiring dengan meningkatnya lama masa tunda penanaman. Secara umum lama penyimpanan bibit <em>bud sett</em> tidak berpengaruh nyata terhadap petumbuhan bibit dan produksi bibit.</p>2023-10-30T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 J-Plantasimbiosahttps://jurnal.polinela.ac.id/jps/article/view/3761Eksplorasi dan Identifikasi Agen Antagonis dari Lahan Organik Sebagai Implementasi Pengendalian Hayati 2024-10-29T04:29:42+00:00Muhammad MiftahurohmanMuhammadmiftah@gmail.comAmilia Ayu Jen UtariAmiliaAyuJen@gmail.comI Gede Rio MahendraIGedeRio@gmail.comNovita Dong Mariris SimbolonNovitaDongMariris@gmail.comSeptina Nur AnnisaSeptinaNurAnnisa@gmail.comPriyadipriyadi@polinela.ac.idNi Siluh Putu Nuryantiniluhputu@gmail.comJuwita Suri MaharaniJuwitaSuri@polinela.ac.idLina Budiartibudiarti46@gmail.com<p>Sektor pertanian memiliki peran strategis dalam ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan, namun menghadapi tantangan seperti penurunan produktivitas dan pencemaran akibat penggunaan bahan kimia sintetis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jamur antagonis dari lahan organik dan menguji efektivitasnya dalam mengendalikan patogen <em>Fusarium</em> sp. sebagai bagian dari pengendalian hayati. Metode yang digunakan meliputi eksplorasi, isolasi, identifikasi, dan uji antagonis jamur pada media <em>Potato Dextrose Agar</em> (PDA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat jenis jamur yang teridentifikasi, yaitu hijau muda, coklat, dan hitam, termasuk dalam spesies <em>Aspergillus</em> sp. dan hijau tua adalah <em>Trichoderma </em>sp. Jamur antagonis hijau muda mampu menekan pertumbuhan patogen <em>Fusarium</em> sp. sebesar 57,84%, sedangkan hijau tua sebesar 32,32%. Penelitian ini menegaskan potensi jamur antagonis sebagai agen biokontrol yang efektif dalam pertanian berkelanjutan.</p>2023-10-30T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 J-Plantasimbiosa