https://jurnal.polinela.ac.id/jps/issue/feedJ-Plantasimbiosa2025-05-07T04:51:02+08:00Dulbari[email protected]Open Journal Systems<p>Planta Simbiosa is published by the Department of Food Crop Cultivation, Politeknik Negeri Lampung. Planta Simbiosa provides a forum for new research publications (no longer than 5 years ago) in all aspects of agriculture with the scope of agronomy, soil science, plant breeding, crop protection, and crop production in food crops and horticulture. The journal will be published twice each year in April and October.</p> <p>Manuscripts are original and never been published or not under consideration in other publications. Manuscripts can be written in Indonesian or English by following the journal manuscript format.</p>https://jurnal.polinela.ac.id/jps/article/view/3800Analisis Laju Asimilasi Padi Hitam akibat Aplikasi Mikoriza Arbuskula dan Jerami Padi pada Sawah Tadah Hujan2024-12-16T02:19:11+08:00Safriadi[email protected]Nadya Muliandari[email protected]<p>Padi hitam dapat beradaptasi dan tumbuh dengan baik pada lahan dengan kadar air rendah yang berpotensi untuk dikembangkan dengan memanfaatkan lahan sawah tadah hujan. Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) pada tanah mampu meningkatkan serapan air dan hara tanaman. Kelembaban tanah berperan dalam perkembangan FMA. Upaya untuk menjaga kelembaban tanah dapat diimbangi dengan mengaplikasikan jerami padi pada lahan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui peran mikoriza dan jerami padi serta interaksi keduanya dalam meningkatkan laju asimilasi padi hitam di sawah tadah hujan. Percobaan dilaksanakan di Desa Tebas Sungai, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas pada bulan Juli sampai Desember. Percobaan disusun menggunakan rancangan split plot desain dengan pola rancangan acak kelompok dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf 5%. Petak utama yaitu perlakuan mikoriza (tanpa FMA dan pemberian mikoriza), sedangkan anak petaknya yaitu jerami padi (tanpa jerami padi, 5 ton/ha, 10 ton/ha, dan 15 ton/ha). Percobaan diulang sebanyak 3 kali, 8 perlakuan dan 16 sampel pengamatan. Hasil penelitian diperoleh interaksi fungi mikoriza arbuskula dan jerami padi pada tanaman padi hitam di lahan sawah tadah hujan berperan dalam mempengaruhi luas daun, berat kering tanaman, dan laju asimilasi bersih.</p> <p><strong>Kata Kunci:</strong> Padi Hitam, Mikoriza, Jerami Padi</p>2025-04-30T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2025 J-Plantasimbiosahttps://jurnal.polinela.ac.id/jps/article/view/3868Pengujian Periode After-Ripening pada Beberapa Benih Padi (Oryza sativa L.) Varietas Unggul2025-01-17T06:50:04+08:00Sinta Indria Rini[email protected]Ria Putri[email protected]Onny Chrisna Pandu Pradana[email protected]Anung Wahyudi[email protected]<p>Padi (Oryza sativa L.) berperan penting bagi pangan Indonesia. Penggunaan benih berkualitas menjadi faktor penting untuk meningkatan produktivitas padi. Salah satu aspek yang mempengaruhi kualitas benih adalah fisiologis benih terutama proses fisiologis benih setelah panen, yaitu after ripening. After-ripening adalah proses yang memungkinkan benih untuk dapat berkecambah setelah penyimpanan kering dalam jangka waktu tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama periode after-ripening pada beberapa varietas unggul padi dan untuk mengetahui varietas padi yang memiliki periode after-ripening lebih singkat di antara beberapa varietas unggul yang diuji. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Analisis Benih, Politeknik Negeri Lampung, pada November 2023 hingga Januari 2024 menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan menggunakan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah perlakuan periode after-ripening (0 hingga 6 minggu). Faktor kedua adalah varietas unggul padi (Gilirang, Inpari 42, dan Inpari 43). Setiap unit perccobaan terdiri atas 100 benih padi. Data yang diperoleh diuji F dan dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode after-ripening bervariasi antar varietas. Varietas Gilirang mengakhiri periode after-ripening dalam 1 minggu, sedangkan varietas Inpari 42 dan Inpari 43 dalam 2 dan 3 minggu. Varietas Gilirang memiliki periode after-ripening yang lebih singkat dibandingkan varietas Inpari 42 dan Inpari 43.</p>2025-04-30T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2025 Sinta Indria Rini, Ria Putri, Onny Chrisna Pandu Pradana, Anung Wahyudihttps://jurnal.polinela.ac.id/jps/article/view/4014Pertumbuhan Vegetatif dan Potensi Hasil Stek Ubi Jalar pada Varietas, Jenis Stek, dan Periode Simpan Stek yang Berbeda2025-03-19T23:59:36+08:00Suwarto[email protected]Ari Wahyuni[email protected]Anis Bias Cintaning[email protected]Diah Ayu Nabila[email protected]Natali Neti[email protected]Tamara Rudang Astari Sinaga[email protected]<p>Ubi jalar diperbanyak dengan menggunakan perbanyakan secara vegetatif yaitu stek. Stek yang digunakan dapat bersal dari bagian pucuk dan batang. Saat distribusi stek kepada petani, stek mengalami penyimpanan sementara. Penyimpanan berguna untuk membantu mempertahankan kelembaban, temperatur, dan sirkulasi udara dalam keadaan optimum. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh varietas, jenis stek dan lama simpan serta interaksinya terhadap pertumbuhan vegetatif dan potensi stek yang dihasilkan oleh tanaman ubi jalar. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial tiga faktor dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah varietas ubi jalar yang terdiri atas 2 taraf yaitu Antin 3 (V1) dan Beta 1 (V2). Faktor kedua adalah jenis stek yang terdiri dari dua taraf yaitu pucuk (S1) dan Batang (S2). Faktor ketiga adalah periode simpan yang terdiri atas 3 taraf yaitu tanpa disimpan (P0), disimpan 1 minggu (P1), dan disimpan 2 minggu (P2). Tolok ukur yangdiamati terdiri atas daya tumbuh stek, panjang tanaman, panjang cabang, dan jumlah tunas serta potensi stek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Beta 1 memiliki pertumbuhan lebih baik dibandingkan varietas Antin 3 berdasarkan tolok ukur daya tumbuh jumlah tunas, panjang cabang serta potensi stek. Beta 1 memiliki ketahanan simpan lebih lama dibandingkan Antin 3 yaitu dapat disimpan selama 1 minggu. Penyimpanan bahan tanam stek dapat menurunkan terhadap semua tolok ukur pengamatan yaitu daya tumbuh, panjang tanaman, jumlah tunas, panjang cabang dan potensi stek. Stek yang berasal dari bagian pucuk menghasilkan panjang tanaman yang lebih baik dibandingkan stek batang pada perlakuan tanpa penyimpanan stek.</p>2025-04-30T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2025 Suwarto, Ari Wahyuni, Anis Bias Cintaning, Diah Ayu Nabila, Natali Neti, Tamara Rudang Astari Sinagahttps://jurnal.polinela.ac.id/jps/article/view/3880Analisis Vegetasi Gulma Tanaman Mawar pada Lahan Dataran Tinggi dan Rendah2025-04-23T06:51:07+08:00Puji Lestari Tarigan[email protected]Arfiana Fitrianti[email protected]Arya Wira Wardhana[email protected]Vanessa Gabrielle[email protected]Syakila Irgi Andisha[email protected]Nurul Ayni[email protected]<p>Gulma merupakan salah satu faktor penghambat utama dalam budidaya tanaman hias, termasuk <br>mawar, karena kompetisi terhadap nutrisi, air, dan cahaya. Penelitian ini bertujuan untuk <br>menginventarisasi dan menganalisis vegetasi gulma di lahan dataran rendah (Sidoarjo, 8 mdpl) dan <br>dataran tinggi (Batu, 900–950 mdpl). Metode penelitian meliputi observasi di petak sampel <br>berukuran 1x1 meter dengan enam petak pada tiap lokasi, dilanjutkan analisis menggunakan Indeks <br>Nilai Penting (INP). Hasil menunjukkan bahwa di dataran rendah, gulma Teki (Cyperus rotundus L.) <br>mendominasi dengan INP 191,27, sementara di dataran tinggi, gulma Jotang Kuda (Syndrella <br>nodiflora) mendominasi dengan INP 52,08. Perbedaan ini mencerminkan adaptasi gulma terhadap <br>kondisi lingkungan masing-masing lokasi. Pengendalian gulma yang efektif dan berkelanjutan <br>sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas budidaya tanaman mawar.</p>2025-05-06T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2025 Puji Lestari Tarigan, Arfiana Fitrianti, Arya Wira Wardhana, Vanessa Gabrielle, Syakila Irgi Andisha, Nurul Aynihttps://jurnal.polinela.ac.id/jps/article/view/3957Analisis Vegetasi Gulma Berdaun Lebar pada Lahan Budidaya Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah2025-04-29T01:21:48+08:00Farha Niswa Al Humaira[email protected]Fitrianti Rahmawanti[email protected]Zerlinda Aqila Gitta Maharani[email protected]Ananda Rohmatul Jannah[email protected]Muhammad Kamaluddin[email protected]Puji Lestari Tarigan[email protected]<p>Tanaman jagung dianggap sebagai tanaman pangan di Indonesia, jagung merupakan tanaman penting setelah padi sebagai sumber karbohidrat , jagung mempunyai nilai strategis dan ekonomis yang tinggi. Dalam memproduksi tanaman jagung pertumbuhannya sangat ditentukan dari cara pengelolaannya. Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi penurunan pertumbuhan jagung yaitu adanya gulma yang tumbuh di lahan budidaya. Keberadaan gulma ini dapat menyebabkan terganggunya tanaman. Selain itu gulma menjadi tumbuhan pesaing tanaman budidaya untuk mendapatkan air, cahaya dan nutrisi. Metode yang digunakan dalam melakukan analisis keragaman gulma ini adalah metode kuadrat. Metode yang digunakan yaitu dengan mengidentifikasi gulma yang ditemukan pada tanaman jagung di dataran tinggi Kabupaten Malang dan dataran rendah di Kabupaten Siduarjo. Hasil yang didapatkan dari pengamatan vegetasi gulma di dataran tinggi ditemukan 9 famili, 12 jenis dan 152 individu, sedangkan di dataran rendah ditemukan 2 famili, 2 jenis dan 173 individu. Spesies<em> Ageratum conyzoides </em>di dataran tinggi memiliki kerapatan relatif tertinggi, yaitu 48,05%, sedangkan di dataran rendah, spesies <em>Amaranthus viridis</em> memiliki kerapatan relatif mencapai 89,60%.</p>2025-05-08T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2025 Farha Niswa Al Humaira, Fitrianti Rahmawanti, Zerlinda Aqila Gitta Maharani, Ananda Rohmatul Jannah, Muhammad Kamaluddin, Puji Lestari Tariganhttps://jurnal.polinela.ac.id/jps/article/view/4117Respon Pertumbuhan dan Protein Microgreens Bayam dan Kangkung pada Media yang Berbeda 2025-05-07T04:51:02+08:00Ratna Suminar[email protected]Gian Sapta Adrialin[email protected]<p>Luas lahan pertanian yang semakin berkurang akibat alih fungsi menjadi pemukiman mengancam ketahanan pangan dan keberlanjutan sektor pertanian, sehingga diperlukan alternatif budidaya yang efisien dan bergizi. <em>Microgreens</em>, sayuran muda yang kaya nutrisi dan dapat dibudidayakan di lahan terbatas, menjadi solusi potensial yang keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh media tanam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan dan protein <em>microgreens</em> bayam dan kangkung. Penelitian dilaksanakan di Jambewangi pada Agustus–November 2024 menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dua faktor, yaitu media tanam (arang sekam, cocopeat, pasir Malang, dan rockwool) dan jenis sayuran (kangkung dan bayam hijau), masing-masing dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan interaksi nyata antara jenis sayuran dan media tanam terhadap bobot segar tanaman usia 14 HST. Perlakuan terbaik terdapat pada arang sekam × kangkung, cocopeat × kangkung, dan rockwool × kangkung. Kadar protein tertinggi tercatat pada pasir × bayam (6,05%), sedangkan total klorofil tertinggi pada cocopeat × kangkung (38,80 µmolm⁻²). Pemilihan media tanam yang tepat terbukti berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan vegetatif dan kualitas gizi <em>microgreens</em>.</p>2025-05-12T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2025 Ratna Suminar, Gian Sapta Adrialin